Total Tayangan Halaman

Sabtu, 02 April 2011

Asal Mula Huruf Jawa

Aksara Jawa memiliki pola tertentu. Tapi menghafal huruf dengan pengurutan “konvensional” agak susah karena tidak memperhatikan pola tsb.
Urutan konvensional aksara Jawa adalah:
HaNaCaRaKa DaTaSaWaLa
PaDhaJaYaNya MaGaBaThaNga


Penghafalan aksara jawa ini akhirnya saya buat seperti berikut:
payaraga nakahala
dasawata banyathanga
cadhamaja

Saya sempat ceritakan juga sedikit tentang filosofi huruf Jawa ini. Salah satu interpretasi yang pernah saya baca diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara (kalo nggak salah, saya baca di Wikipedia). Huruf Jawa dengan urutan “Ha Na Ca Ra Ka..” memiliki kepanjangan dan makna sendiri-sendiri.

Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.

Manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Akan tetapi manusia memiliki cipta-rasa-karsa; otak yang mengkreasi cipta, hati yang melakukan fungsi kontrol (dalam bentuk rasa) serta raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana.

Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.

Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga (saka) sehingga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.

PA DHA JA YA NYA = sama kuat
Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan.

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi

Meski dengan kehebatan cipta-rasa-karsa, entah kita baik atau jahat, akhirnya ruh/nyawa pasti suatu saat akan kembali ke Pencipta-nya. Sehingga manusia harus bisa mempersiapkan diri.




Budaya Jawa memang sebenarnya memiliki kearifan dan filsafat yang sangat dalam (huruf Jawa ini hanya salah satunya). Sayangnya semakin lama semakin Kita melupakan. Jadi sepantasnyalah kita mulai menggali mutiara-mutiara terpendam ini lagi.

1 komentar: